Ad Home

Translate

Facebook

banner image

FB

Most Viewed

Monday, March 18, 2013

Tips perawatan murai batu borneo

murai-batu-borneoMurai batu asal Kalimantan (Borneo) sekarang mulai banyak dijumpai di pasaran. Harganya yang lebih murah daripada MB Sumatera membuat sejumlah kicaumania mulai melirik serta ingin memeliharanya di rumah. Umumnya yang ada di pasaran merupakan burung bakalan (muda hutan / MH), dengan kemungkinan besar belum terbiasa makan voer dan hasil pancingan. Berikut ini tips memilih dan merawat murai batu borneo MH.


MURAI BATU BORNEO DI ALAM BEBAS
Sudah bukan rahasia umum lagi, jika ada pedagang yang tidak jujur dengan mengatakan bahwa murai batu yang dijualnya berasal dari Sumatera, padahal jelas hasil tangkapan di hutan-hutan Kalimantan. Tujuannya tidak lain untuk memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya, mengingat persepsi sebagian besar murai mania yang masih memandang sebelah mata MB Borneo.
Modus penipuan terkadang sudah mengarah ke tindak kriminal, di mana pedagang dengan tega mencabut bulu putih pada ekor MB Borneo, atau mengecatnya dengan warna hitam, sehingga mengesankan sebagai MB ekor hitam atau black-tailed. Bagi yang belum berpengalaman, pasti mudah terkecoh oleh ulah pedagang nakal tersebut.
Secara fisik, MB Borneo hampir sama dengan MB lainnya (di luar murai kepala putih). Perbedaan terletak pada ekornya, di mana bulu ekor murai Borneo cenderung lurus dan kaku, dengan jarak antara ekor putih dan hitam yang lebih berdekatan. Selain itu, bagian dadanya terlihat lebih gemuk.

MURAI BATU BORNEO
Sebagian besar MB Borneo yang ada di pasaran merupakan burung muda hutan (MH), hasil tangkapan dari alam.
  • Beberapa cara dilakukan pemikat murai untuk mendapatkan burung ini di hutan-hutan. Cara yang wajar adalah membuat jebakan dari sangkar, yang disertai dengan meletakkan pakan sebagai umpan. Begitu MB masuk ke dalam sangkar, pemikat dari kejauhan akan menarik tali sehingga pintu sangkar tertutup.
  • Tetapi ada pula model penangkapan menggunakan alat bantu seperti jaring dan getah / pulut. Bahkan, ada juga cara sadistis, dengan menggunakan mata pancing yang tentu saja melukai bagian tenggorokan burung.
Tetapi bagi kita, yang bukan pemikat, agak sulit membedakan bagaimana burung ini diperoleh ketika sudah ada di lapak pedagang burung. Kita tidak tahu persis, apakah burung itu hasil penjebakan wajar, pemikatan melalui jaring dan getah, atau hasil pancingan. Untuk membekali Anda yang belum paham, berikut panduan memilih bakalan MB Borneo :
  • Murai batu yang diperoleh melalui jaring atau getah / pulut bisa dikenali dari bulu-bulunya yang cenderung tidak beraturan. Bahkan ada juga beberapa bagian bulu yang hilang atau tercabut. Meski demikian, tidak ada cacat fisik yang berarti, kecuali jika burung itu sejak menetas memang sudah cacat.
  • Murai batu yang diperoleh melalui cara pancingan justru memiliki bulu-bulu yang lebih mulus, karena saat tertangkap tidak terjadi kontak dengan bulu. Kontak terjadi antara mata pancing dan paruh burung, serta berpotensi merusak bagian bawah tenggorokannya, atau bagian kepala di dekat pangkal paruh. Silakan dicek bagian-bagian penting tersebut, sebelum membeli.
  • Jangan terkecoh melihat MB yang selalu diberi makan ulat hongkong oleh pedagangnya, karena burung murai hasil tangkapan hutan cenderung lebih sulit diajari makan voer (bisa membutuhkan waktu lama). Pedagang hanya memberikan ulat hongkong kepada MB untuk mempertahankan hidupnya saat burung belum laku. Kalau memungkinkan, carilah MB yang juga mau diberi campuran kroto dan voer halus, agar kita lebih mudah dalam merawatnya di rumah. Jika tidak memungkinkan, berarti Anda harus bekerja ekstra keras untuk membiasakan MB mau makan voer.
  • Pilihlah burung yang sehat, ditandai dengan kedua sayapnya yang mengempit rapat pada sisi samping tubuhnya hingga ke bagian paha. Burung sehat juga ditandai dengan gerakannya yang lincah, matanya melotot, dan mengikuti arah tangan kita (gerakan waspada). Jangan pilih burung yang terlihat sayu dan mata berair.
  • Untuk suara cetrekannya, pilihlah yang padat dan keras.

Melatih bakalan MB Borneo makan voer

Hal pertama yang harus Anda lakukan dalam perawatan bakalan MB Borneo adalah membiasakannya mau makan voer. Berikut ini dua metode untuk melatih burung agar mau makan voer :
  1. Campurkan voer lembut dengan kroto, lalu dibasahi dengan sedikit air, dan bagian atasnya ditaburi lagi dengan kroto. Lakukan hal ini selama seminggu atau lebih, hingga burung benar-benar mau makan voer secara total.
  2. Mencampur voer lembut dengan ulat hongkong yang dipotong kecil-kecil, atau bisa juga dicampur dengan potongan perut jangkrik yang juga dipotong kecil-kecil. Kemudian basahi dengan air dan bagian atasnya ditaburi kroto. Berikan selama seminggu atau lebih, hingga burung benar-benar mau makan voer secara total.

Melatih bakalan MB Borneo makan jangkrik

Sewaktu memberikan jangkrik, cobalah masukan 1-2 butir voer ukuran sedang ke dalam bagian tubuh dari jangkrik, kemudian diberikan kepada MB Borneo. Proses ini bisa membutuhkan waktu agak lama. Selama itulah, jangkrik dan kroto harus disiapkan dan selalu tersedia.
Hampir semua pakar murai selalu menganjurkan pemberian multivitamin pada masa-masa awal murai MH menjalani masa pengenalan terhadap voer dan jangkrik. Multivitamin ini diperlukan untuk menjaga nafsu makannya. Ketika nafsu makan burung masih bagus, maka akan lebih mudah pula baginya untuk dilatih makan voer dan jangkrik.
Multivitamin apa yang paling tepat untuk MB Borneo? Ya apa saja menurut selera Anda, karena di pasaran tersedia berbagai pilihan. Misalnya BirdVit yang banyak digunakan kicaumania di Indonesia. Multivitamin sebenarnya dibutuhkan burung secara berkala, misalnya 1-2 kali dalam seminggu. Jadi, tidak hanya untuk burung bakalan yang baru dibeli.
Selama proses adaptasi, sebaiknya jangan meletakkan sangkar burung di tempat ramai atau banyak suara burung lain yang keras, guna menghindari stres. Karena itulah, dianjurkan melakukan full kerodong pada 1 minggu pertama sejak burung tiba di rumah. Setelah itu bisa dibuka sedikit demi sedikit, karena proses adaptasi bisa berlangsung sekitar 2-4 minggu, tergantung perawatan juga kondisi burung itu sendiri.
Apabila proses adaptasi selesai, jangan terburu-buru ingin mendengarkan suaranya, apalagi langsung ingin memasternya. Buatlah MB jinak terlebih dulu, karena akan memudahkan Anda dalam perawatan berikutnya.



0 komentar:

Post a Comment

Blog Archive

Labels